posted by UPK Ciomas,,
Sebuah SMS penuh inspirasi saya terima tepat jam 06.22 WIB, buat saya itu sangat pagi karena sayapun terlambat beberapa menit untuk membacanya. Seorang teman dari Pamarayan, teman yang sama di tulisan sebelumnya. isi SMSnya tidak saya kurangi sedikit pun, isinya seperti ini :
Ass.
Tadi malam, di salah satu website, saya membaca sebuah kalimat sederhana, tapi begitu bermakna. Kalimat itu berasal dari mulut suci Imam Ali, yaitu :
“Beri siapapun maka kau akan menjadi tuannya. Minta bantuan pada siapapun makan kau akan menjadi tawanannya. Mandiri dari siapapun maka kau akan menjadi tandingannya.”
Selamat Pagi dan mudah-mudahan bermanfaat untuk kita mengawali hari ini. Amin.
Salam.
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa saya tidak sedang menjadi juru bicara beliau, tetapi saya ingin inspirasi ini dapat saya bagi kepada siapapun yang sempat membaca tulisan ini.
Sejak tahun 2009 tepatnya di bulan Oktober saya terlibat dalam PNPM Mandiri Perdesaan; saat itu saya tidak tahu apa-apa, bahkan saya tidak mengerti Program ini punya tujuan apa. Saya hanya menjadi bagian yang bisa jadi keberadaannya antara penting dan tidak penting. Syukurlah saya tidak berhenti belajar, dan alhamdulillah meskipun saya masih merasa belum melakukan yang seharusnya saya lakukan tapi paling tidak saya berada dijalur yang benar, saya memiliki kesempatan untuk berkontribusi, khususnya bagi tempat di mana saya tinggal.
Saya sadar, kadang lalai terhadap tanggung jawab. Menjadi bagian dari Program ini berarti menjadi bagian dari upaya-upaya pemberdayaan menuju kemandirian. Praktek yang terjadi masih jauh dari tujuan kemandirian itu. Tanpa kita sadari kita mendorong Kelompok menjadi semakin tergantung pada pinjaman modal yang diberikan UPK. Kita “menyerap” jasa pinjaman tanpa mengupayakan (mendorong) potensi kemandirian mereka agar memiliki modal sendiri, meningkatkan modal sendiri yang pada akhirnya memiliki modal yang cukup untuk kelompok sendiri dan tidak lagi membutuhkan tambahan modal dari UPK. Tanpa kita sadari kita mendorong mereka menjadi “tawanan” kita. Memberi mereka agar mereka semakin merasa tergantung terhadap UPK. Jika terus demikian, saya kira Program ini hanya sukses kelihatannya tapi sebetulnya kita membuat kondisi semakin terpuruk.
Saya kira kebenaran dari kalimat sederhana di atas, sungguh menohok kita dalam-dalam.
SALAM
Sebuah SMS penuh inspirasi saya terima tepat jam 06.22 WIB, buat saya itu sangat pagi karena sayapun terlambat beberapa menit untuk membacanya. Seorang teman dari Pamarayan, teman yang sama di tulisan sebelumnya. isi SMSnya tidak saya kurangi sedikit pun, isinya seperti ini :
Ass.
Tadi malam, di salah satu website, saya membaca sebuah kalimat sederhana, tapi begitu bermakna. Kalimat itu berasal dari mulut suci Imam Ali, yaitu :
“Beri siapapun maka kau akan menjadi tuannya. Minta bantuan pada siapapun makan kau akan menjadi tawanannya. Mandiri dari siapapun maka kau akan menjadi tandingannya.”
Selamat Pagi dan mudah-mudahan bermanfaat untuk kita mengawali hari ini. Amin.
Salam.
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa saya tidak sedang menjadi juru bicara beliau, tetapi saya ingin inspirasi ini dapat saya bagi kepada siapapun yang sempat membaca tulisan ini.
Sejak tahun 2009 tepatnya di bulan Oktober saya terlibat dalam PNPM Mandiri Perdesaan; saat itu saya tidak tahu apa-apa, bahkan saya tidak mengerti Program ini punya tujuan apa. Saya hanya menjadi bagian yang bisa jadi keberadaannya antara penting dan tidak penting. Syukurlah saya tidak berhenti belajar, dan alhamdulillah meskipun saya masih merasa belum melakukan yang seharusnya saya lakukan tapi paling tidak saya berada dijalur yang benar, saya memiliki kesempatan untuk berkontribusi, khususnya bagi tempat di mana saya tinggal.
Saya sadar, kadang lalai terhadap tanggung jawab. Menjadi bagian dari Program ini berarti menjadi bagian dari upaya-upaya pemberdayaan menuju kemandirian. Praktek yang terjadi masih jauh dari tujuan kemandirian itu. Tanpa kita sadari kita mendorong Kelompok menjadi semakin tergantung pada pinjaman modal yang diberikan UPK. Kita “menyerap” jasa pinjaman tanpa mengupayakan (mendorong) potensi kemandirian mereka agar memiliki modal sendiri, meningkatkan modal sendiri yang pada akhirnya memiliki modal yang cukup untuk kelompok sendiri dan tidak lagi membutuhkan tambahan modal dari UPK. Tanpa kita sadari kita mendorong mereka menjadi “tawanan” kita. Memberi mereka agar mereka semakin merasa tergantung terhadap UPK. Jika terus demikian, saya kira Program ini hanya sukses kelihatannya tapi sebetulnya kita membuat kondisi semakin terpuruk.
Saya kira kebenaran dari kalimat sederhana di atas, sungguh menohok kita dalam-dalam.
SALAM
No comments:
Post a Comment